First Person Lover: Game Macam Apa Ini?
-Keberadaan game berbasis first person lover seakan tidak ada matinya. Franchise raksasa dengan jumlah fans yang begitu masif tetap mempertahankan konsep gameplay yang sama; tembak-menembak. Sekalipun ada variasi, itu tidak menjadi 'hidangan utama' pada sajian gameplay yang dihadirkan. At least, perjuangan developer untuk menarik lebih banyak gamer terbilang cukup berhasil mengingat sajian game FPS terus-menerus muncul tanpa hentinya.
First Person Lover, nama yang begitu asing namun sudah sanggup ditebak apa genre dari game aneh ini. Ya! first person shooter dengan sudut pandang orang pertama. Actually, First Person Lover tak ada bedanya dengan game sejenis. Namun penambahan kata "Lover" pada judul ternyata bisa mengubah perspektif kita perihal game fps yang identik dengan pembunuhan via senjata api.
First Person Lover not talk about killing, bro!
Anda tidak memakai senjata yang sanggup membunuh, Anda juga tidak memakai abjad militaris, dan Anda tidak sedang berada medan pertempuran pada umumnya. Anda yakni seorang mata-mata yang sedang berusaha mengembalikan dunia yang telah dikuasai oleh rasa kebencian. Semua insan menerima efek jelek dari mesin pemancar berjulukan Harvester. Mesin inilah yang menjadi misi utama dalam permainan, terlepas dari kiprah lain untuk membidik musuh.
Anda bertugas sebagai mata-mata (tapi gak diam-diam amat) yang mempunyai misi untuk menghancurkan semua Harvester. |
Dibekali dengan senjata canggih, namun niscaya fiktif! |
Tugas Anda sebetulnya cukup sederhana, hanya mencari Harvester yang menyala kemudian menghancurkannya. Namun dalam perjalanan ini, Anda harus berhadapan dengan orang-orang yang sudah 'terjangkit' efek dari Harvester itu sendiri. Mereka akan menyerang si abjad utama, baik memakai tangan kosong, hingga senjata yang juga ajaib.
Anda menembak ke arah musuh hingga mereka menjadi telanjang. Ya!! Telanjang! Game macam apa ini?!
Anda tidak salah membacanya! Karakter musuh yang terkena dampak Harvester mempunyai kulit pucat dan gerakan yang agresif. Dengan "Kiss Gun", Anda bisa membuat musuh menjadi telanjang tanpa busana, dan otomatis mereka tidak melaksanakan penyerangan.
Tentu saja developer mempunyai kebijakan untung melindungi 'perkakas' dari setiap abjad musuh dengan visual pixel. |
Anda dilarang meninggalkan mereka begitu saja! Anda harus menunjukkan pakaian kepada mereka yang telah pulih dari efek Harvester. |
Tidak ada kesempatan untuk melihat para AI musuh berkeliaran tanpa busana. Setelah berhasil dinetralkan, mereka memang telanjang, namun terdapat pixelasi pada bab 'itu' semoga tidak bisa dilihat. By the way, andaikan developer tidak menanamkan sistem pixelasi, mungkin First Person Lover bakal menerima rating khusus cukup umur (Mature).
Selanjutnya, kiprah pemain setelah sukses melucuti pakaian musuh yakni memberi mereka pakaian baru. Bahkan pakaian gres ini terlihat lebih stylish dibanding pakaian yang mereka kenakan sebelumnya. Tak lain tak bukan, ini yakni trik dari Björn Borg selaku merek pakaian yang mengiklankan produknya melalui game, First Person Lover.
Dihiasi dengan cutscene, walau terlihat gerakan pemain masih agak kaku namun sanggup dikatakan enjoyable. |
Model senjata sangat kuat terhadap damage serangan. |
Menghadapi musuh dalam jumlah yang besar yakni kesulitan tersendiri. Mereka bergerak cepat sambil menyerang. |
Meski terbilang hanya diciptakan untuk mempopulerkan produk utama, Björn Borg tetap bisa menunjukkan performa gameplay yang playable. Setidaknya keseriusan mereka terlihat dari penambahan cutscene yang membuat kesan kisah semakin solid. Sayangnya motion capture hanya mengandalkan keyframe sehingga pergerakan abjad kurang realistis. Namun tidak mengurangi kepuasan gamer ketika menyaksikan adegan pendek ini.
Senjata komplemen mempunyai damage dan jarak tembakan yang lebih jauh. Tetapi dengan konsekuensi keterbatasan jumlah ammo, contohnya Petal Shotgun, Bubble Blaster, Rainbow Crossbow, hingga Teddy Grenade. Sedangkan Kiss Gun selaku senjata default mempunyai jumlah ammo yang tidak terbatas, sanggup ditembakan berkali-kali tanpa reload. Walaupun begitu jangan berharap senjata ini mempunyai damage besar serta bisa ditembakan dari jarak yang relatif renggang.
Di sisi lain, keberadaan musuh yang tiba dalam model tawuran membuat pemain akan kewalahan menghadapinya. Dalam keadaan menyerupai ini nyaris tidak ada senjata yang cukup efektif untuk mengatasinya. Dalam kata lain, kemampuan menghindar dan berlari bisa menjadi pilihan.
Menghancurkan Harvester sanggup memberi sinyal kedatangan musuh. |
Areal yang Harvester-nya hancur akan tampak lebih cerah, menunjukan efek rasa kebencian yang dipancarkan telah diganti oleh cinta #Aseeekkk.... |
Menghancurkan Harvester layaknya melaksanakan defuse bomb pada game-game deatchmatch homogen Counter Strike. Namun bedanya, proses penghancurkan Harvester perlu waktu yang lebih panjang, lebih jelek lagi selama itu juga akan tiba lebih banyak musuh yang ingin menghentikan misi Anda. Mau tidak mau, melawan yakni satu-satunya jalan.
Visualisasi terasa sangat smooth, namun kurang seimbang dengan anti-aliasing yang masih kasar walaupun setting grafis sudah mentok rata kanan. Perubahan filter warna setelah Harvester hancur bisa membuat atmosfer yang kontras, lebih cerah, dan lebih nyata.
Pakaian yang dipakai menghipnotis stats karakter. |
Anda akan cukup familiar dengan scene ini. |
Download First Person Lover
Secara garis besar, First Person Lover sangat menarik untuk dimainkan. Sebuah ilham yang anti-mainstream berhasil diciptakan lewat video game. Game fps yang identik dengan pembunuhan tidak berlaku disini. Anda hanya bertujuan mengubah rasa benci menjadi cinta. Agak aneh namun setidaknya developer berhasil membuat game dengan latar belakang promosi produk fisik mereka, sekaligus memukau gamer lewat sajian gameplay yang unik.
Lewat engine Unity ternyata tetap membuat grafis First Person Lover tampil layaknya Unreal Engine. Meskipun tidak benar-benar menyerupai mirip Unreal Engine, perjuangan untuk membuat visual yang realistis patut diacungi jempol. Frame rate rendah berkisar 20-30 fps tetap membuat game ini playable. Makara bagi pengguna PC low end jangan khawatir mengenai spesifikasinya. Good job Björn Borg!
Kelebihan
- Konsep game anti-mainstream
- Senjata variatif
- Grafis memukau untuk level game berdasar Unity
- Cutscene memperkuat plot cerita
Kekurangan
- Pergerakan AI kurang realistis
- Kenapa musuh harus telanjang?
Here, take the bonus for you! |
0 Response to "First Person Lover: Game Macam Apa Ini?"
Posting Komentar