Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - Part 8
-
Catatan: Beberapa klaim tidak saya bahas disini lantaran sudah dibahas di PART sebelumnya. Jika kau gres singgah disini, disarankan membaca dari PART 1.
Klaim: Bumi lingkaran berasal dari propaganda yang dilakukan berulang-ulang
Klaim: Saintis (astronom) tidak tahu jarak bintang
Disini BossDarling menampilkan cuplikan video dari susukan Youtube BrainStuff - HowStuffWorks yang berjudul How do Astronomers Measure Distance. Kedua pembawa video tersebut menjelaskan bahwa ada 2 cara yang digunakan para astronom untuk mengukur jarak bintang. Cara pertama ialah dengan mengandalkan teknik Stellar Parallax, pada cuplikan ini BossDarling sudah memotong videonya sehingga seolah cara tersebut tidak terbukti dan hanya asumsi.
Padahal di video aslinya dijelaskan bahwa metode Parallax hanya berlaku untuk bintang yang berjarak maksimal 400 tahun cahaya dari Bumi, lebih dari itu maka harus memakai metode kedua. BossDarling mengklaim bahwa Stellar Parallax tidak sanggup dibuktikan oleh Galileo Galilei. Itu memang benar alasannya ialah teleskop yang ia gunakan tidak memadai untuk pengamatan sehingga teori tersebut balasannya dibuktikan oleh PART 3.
Perlu dicatat bahwa pengukuran jarak bintang tidak 100% akurat, namun tetap sanggup diukur citra jarak kasarnya. Hal ini tidak serta-merta menciptakan pengukuran disebut sebagai science fiction seperti kata BossDarling.
Lalu bagaimana dengan metode kedua? Apakah cahaya bintang sanggup jadi patokan untuk mengukur jaraknya?
Metode dengan memanfaatkan cahaya hanya untuk bintang yang berjarak 400 tahun cahaya lebih dan tidak menghasilkan presisi tinggi, hanya asumsi saja. Dalam video FE 101, kalimat tersebut dipotong sehingga sanggup digunakan untuk memojokkan saintis soal metodenya.
Pengukuran dengan cahaya bintang tidak sanggup dilepaskan dengan warnanya. Dari cahayanya astronom sanggup mendapatkan informasi spektrum warna. Dari spektrum warna barulah sanggup ditentukan tingkat kecerahan bintang yang sebenarnya, kemudian dibandingkan dengan tingkat kecerahan diterima di Bumi. Metode ini disebut sebagai Standard Candle.
FE: Maksudnya gimana? Jelasinya ribet amat!
Contohnya kau bangun di depan lampu dengan tingkat kecerahan misal 500 lumen. Kemudian mundur 1 langkah, cahaya yang kau terima lebih redup. Mundur lagi 1 langkah, cahaya semakin redup, dan seterusnya. Cahaya yang redup membuktikan jaraknya lebih jauh.
Itulah sebabnya astronom khususnya astrofisikawan perlu untuk mengetahui spektrum warna bintang terlebih dahulu semoga memperoleh cahaya orisinil bintang dan memilih jaraknya. Jadi, ini tidak menyerupai melihat lampu di jalan kemudian sanggup pribadi tahu berapa jaraknya. Ada banyak hal yang harus diselesaikan sebelum menemui hasil akhir.
Ingat, ini bukan science fiction!
Penjelasan sederhana dari Ted-Ed:
Klaim: Sains mengklaim matahari sebagai sentra alam semesta
Oke, soal ini BossDarling tidak menyampaikan secara jelas. Tapi semua tahu kemana arah pembicaraannya, seorang Pythagorean mengusulkan Matahari sebagai sentra alam semesta lantaran unsur tanah kalah dibanding unsur api yang kemudian seruan ini diadopsi oleh sains modern. Juga diberi bumbu bahwa hal ini bertentangan dengan agama.
Sebetulnya sains tidak mengadopsi anjuran Pythagorean bahwa Matahari ialah sentra alam semesta. Nicolaus Copernicus pada era ke 16 mengembangkan teori Matahari sebagai pusat tata surya, bukan alam semesta. Ini beda sekali. Nah, gagasan inilah yang mengilhami sains dan tak terhitung ilmuwan beserta pengamatan yang membuktikan teori Copernicus.
Lagipula alam semesta tidak mempunyai sentra lantaran terus mengembang ke banyak sekali arah. Malah bentuknya saja tidak sanggup diketahui secara pasti. Hal ini terlampir dalam teori Big Bang.
FE: Ah, Copernicus itu saintis Elite Global! Yang benar itu Bumi sentra alam semesta, itu sesuai dalil agama. Matahari sentra alam semesta ialah kosmologi kaum pagan Yunani!
Oh benarkah?
Tahukah FE bahwa kosmologi Bumi sebagai sentra alam semesta diusulkan oleh bangsa Yunani yang kalian sebut sebagai pagan itu? Pertama kali diusulkan oleh Ptolemy yang hidup lebih dari 1000 tahun sebelum Copernicus.
Bukan cuma sentra alam semesta, Ptolemy juga menyampaikan Bumi tidak tidak bergerak (stationary). Sama persis dengan kosmologi yang terus didengungkan Flat Earth bukan? 😁
Kaprikornus Flat Earther menuduh sains bersumber dari pedoman bangsa pagan Yunani kuno tetapi mereka juga memakai kosmologi dari sana 😁
Catatan: Copernicus sudah meruntuhkan kejayaan gagasan Ptolemy.
Klaim: Perhitungan jarak Bulan salah
BossDarling memasukkan video berjudul Measuring the Sun and Moon yang katanya tidak dipotong. Wow! Is that really true? Unfortunately, no!
BossDarling cuma menampilkan sepertiga konten video aslinya. Jika ingin menyebut tidak dipotong maka tampilkan video secara utuh, bukan di kepingan tertentu saja. Sebab pemahaman yang setengah-setengah menjadikan kesimpulan yang tidak sanggup dipertanggungjawabkan.
Video orisinil memang berjudul Measuring the Sun and Moon, tetapi tidak cukup akurat dengan kontennya, ya ini suka-suka pemilik channel. Isinya menggambarkan bagaimana ilmuwan Yunani Kuno Aristarchus of Samos mengukur jarak Bulan dan Matahari.
Perlu digaris bawahi, video tersebut memaparkan perhitungan yang dibentuk oleh Aristarchus, bukan ilmuwan modern. Kemudian pada scene selanjutnya diberikan kesimpulan bahwa sang ilmuwan Yunani Kuno tersebut salah dalam perhitungannya.
Dari sini sudah terperinci bahwa video tidak sedang menjelaskan cara yang dilakukan dengan instrumen modern, melainkan cara yang dilakukan oleh ilmuwan 2000 tahun lalu.
Maka tidak heran apabila BossDarling dengan PD-nya "mensalah-salahkan" perhitungan jarak Bulan dan Matahari. Dia berusaha menggiring opini bahwa video yang ia tunjukkan sedang menjelaskan perhitungan modern, padahal bukan, justru perhitungan renta yang tidak akurat hasilnya.
Sedangkan versi modern sudah memakai laser, sudut optik, wahana antariksa, hingga model komputer. Bahkan seorang pelajar asal Spanyol berhasil mengukur jarak Bulan lewat rekaman bunyi Neil Armstrong saat ia berkomunikasi dengan sentra kendali di Bumi.
Jika tak cukup puas, simak video aslinya secara lengkap (yang ini bener-bener gak dipotong 😁):
Klaim: Moon Landing hoax
Soal keabsahan pendaratan di Bulan sudah saya jelaskan di PART 6. Tapi kali ini ada footage yang cukup menarik perhatian saya. Tampak seorang astronot Apollo sedang menuruni tangga modul Lunar Lander kemudian sebuah lampu jatuh mengenainya.
Sekilas orang akan mengira: "wah iya nih, lagi syuting buat bikin video pendaratan di Bulan palsu".
Footage tersebut berasal dari video berjudul Apollo Mission Simulation Project. Kata kuncinya ialah simulation atau simulasi, yang dalam hal ini berarti persiapan terkait apa saja yang harus dilakukan sebelum benar-benar menjalankan misi.
FE: Kok simulasi seramai itu? Sampai semua kru dikerahkan, udah kayak bikin film aja
Sebelum seorang penari tampil di panggung, ia akan melaksanakan gladi resik untuk memastikan ia melaksanakan gerakan yang benar di hadapan penonton. Tentu gladi resik pun tidak sendirian, penari latar, pengatur sound system, penata cahaya, hingga panitia pementasan juga niscaya ikut meramaikan.
Sama halnya dengan misi Apollo, semua yang terlibat dalam misi niscaya ikut dalam simulasi. Apalagi pemegang sentra kendali, mereka memegang peranan penting terhadap keselamatan astronot selagi menjalankan tugas.
Oh, ya lagipula mendarat atau tidak, sama sekali tidak menghipnotis bentuk Bumi. Justru kalau Bumi datar dan Bulan cuma berjarak 5000 kilometer, gampang sekali untuk menggapainya dibanding versi Bumi lingkaran yang mencapai ratusan ribu kilometer 😜
Klaim: Anda tak pernah merasa Bumi berputar
Rata-rata pesawat terbang dengan kecepatan 500-1000 kilometer per jam. Saya bertanya ke BossDarling, apakah Anda mencicipi kecepatan yang sedemikian tinggi itu?
Sudah niscaya tidak, penumpang pesawat tidak akan terpental ke belakang akhir laju pesawat. Bahkan pramugari sanggup dengan santainya berjalan di kabin pesawat sambil menyodorkan minuman ke para penumpang.
Kenapa sanggup begitu?
Karena Anda bergerak bersama pesawat. Pesawat bergerak 1000 km/jam, Anda juga bergerak 1000 km/jam. Hal ini sudah dijelaskan dalam Relativitas.
Kita tidak mencicipi rotasi Bumi yang berotasi 1670 km/jam lantaran Bumi berputar secara konstan bersama dengan penghuninya. Sejak awal nenek moyang kita lahir, hingga punya anak cucu, semuanya ikut bergerak bersama rotasi Bumi dalam kecepatan yang tetap.
Kembali lagi ke ilustrasi pesawat tadi. Selama pesawat tidak terguncang dan terbang di kecepatan konstan, kalian tidak akan merasa bergerak, seolah semuanya diam. Tetapi coba perintahkan pilot pesawat untuk mengubah kecepatannya. Saat itulah kalian akan mencicipi bahwa tubuh kalian sedang bergerak dan mengalami perubahan kecepatan.
Dalam kasus ini, kecuali tiba-tiba Bumi berhenti berotasi, seketika orang-orang beserta materi lainnya akan terlempar dengan kecepatan 1670 km per jam, hal ini ialah kajian Hukum Gerak Newton.
Entah itu kita berada di khatulistiwa atau di kutub, kita bergerak bersama daerah kita berpijak. Coba lihat GIF berikut ini yang tidak sengaja saya temukan di 9gag.
Mengapa orang tersebut tetap mendarat di atas kapal meski sesaat tidak menyentuhnya? Jika diasumsikan kapal melaju dengan kecepatan 40 kilometer per jam, maka dikala laki-laki bercelana merah jambu tersebut melompat, kecepatannya juga sama menyerupai kapal yakni 40 kilometer per jam sehingga ia tetap mendarat di daerah yang sama dan tidak ketinggalan kapal.
FE: Bumi juga mengorbit matahari dengan kecepatan 108.000 km/jam, kenapa kita tidak merasakannya?
Jawabannya sama menyerupai tadi; kita bergerak bersama Bumi. Mau Bumi-nya bergerak 1 juta km/jam pun kita tetap tidak mencicipi apa-apa. BossDarling menempatkan seolah kalau Bumi bergerak cepat, kita sebagai insan bakal mencicipi sesuatu yang dahsyat, kita terpental ke jauh ke belakang, kemudian rambut berkibar, tubuh bergetar hebat, kepala pusing lantaran Bumi berputar, dst.
Disini terlihat ada perjuangan penggiringan opini terkait definisi kecepatan (velocity) dan percepatan (acceleration). Jika Bumi membisu kemudian tiba-tiba bergerak 108.000 km/jam maka itu disebut percepatan, apabila hal demikian terjadi maka kita akan mencicipi efek-efek yang didramatisir oleh BossDarling. Tapi faktanya Bumi punya kecepatan yang konstan dan tidak mengalami percepatan.
Saya melihat banyak FE gagal paham soal kecepatan dan percepatan. Bumi kita tidak pernah mengalami percepatan, yang ada kecepatan konstan.
Ini juga berlaku bagi bayangan Bulan yang hingga ke Bumi. Ada namanya Umbra yakni bayangan yang paling gelap, sedangkan Penumbra adalah wilayah yang lebih terang akhir paparan sumber cahaya, dalam hal ini Matahari.
Saya tidak menemukan video aslinya, jadi tidak sanggup menjelaskan secara detil maksud percobaan tersebut. Terlihat memang bayangan Bulan lebih besar dikala hingga ke Bumi, namun ada kalau diteliti ternyata jarak antar Matahari-Bulan-Bumi tidak sesuai skala.
INDEKS
Catatan: Beberapa klaim tidak saya bahas disini lantaran sudah dibahas di PART sebelumnya. Jika kau gres singgah disini, disarankan membaca dari PART 1.
Klaim: Bumi lingkaran berasal dari propaganda yang dilakukan berulang-ulang
Klaim: Saintis (astronom) tidak tahu jarak bintang
Disini BossDarling menampilkan cuplikan video dari susukan Youtube BrainStuff - HowStuffWorks yang berjudul How do Astronomers Measure Distance. Kedua pembawa video tersebut menjelaskan bahwa ada 2 cara yang digunakan para astronom untuk mengukur jarak bintang. Cara pertama ialah dengan mengandalkan teknik Stellar Parallax, pada cuplikan ini BossDarling sudah memotong videonya sehingga seolah cara tersebut tidak terbukti dan hanya asumsi.
Padahal di video aslinya dijelaskan bahwa metode Parallax hanya berlaku untuk bintang yang berjarak maksimal 400 tahun cahaya dari Bumi, lebih dari itu maka harus memakai metode kedua. BossDarling mengklaim bahwa Stellar Parallax tidak sanggup dibuktikan oleh Galileo Galilei. Itu memang benar alasannya ialah teleskop yang ia gunakan tidak memadai untuk pengamatan sehingga teori tersebut balasannya dibuktikan oleh PART 3.
Perlu dicatat bahwa pengukuran jarak bintang tidak 100% akurat, namun tetap sanggup diukur citra jarak kasarnya. Hal ini tidak serta-merta menciptakan pengukuran disebut sebagai science fiction seperti kata BossDarling.
Lalu bagaimana dengan metode kedua? Apakah cahaya bintang sanggup jadi patokan untuk mengukur jaraknya?
Metode dengan memanfaatkan cahaya hanya untuk bintang yang berjarak 400 tahun cahaya lebih dan tidak menghasilkan presisi tinggi, hanya asumsi saja. Dalam video FE 101, kalimat tersebut dipotong sehingga sanggup digunakan untuk memojokkan saintis soal metodenya.
Pengukuran dengan cahaya bintang tidak sanggup dilepaskan dengan warnanya. Dari cahayanya astronom sanggup mendapatkan informasi spektrum warna. Dari spektrum warna barulah sanggup ditentukan tingkat kecerahan bintang yang sebenarnya, kemudian dibandingkan dengan tingkat kecerahan diterima di Bumi. Metode ini disebut sebagai Standard Candle.
FE: Maksudnya gimana? Jelasinya ribet amat!
Contohnya kau bangun di depan lampu dengan tingkat kecerahan misal 500 lumen. Kemudian mundur 1 langkah, cahaya yang kau terima lebih redup. Mundur lagi 1 langkah, cahaya semakin redup, dan seterusnya. Cahaya yang redup membuktikan jaraknya lebih jauh.
Ilustrasi sederhana ihwal Standard Candle. NB, gambar ini CGI jadi jangan tanya kenapa ada lilin di luar angkasa -_- |
Itulah sebabnya astronom khususnya astrofisikawan perlu untuk mengetahui spektrum warna bintang terlebih dahulu semoga memperoleh cahaya orisinil bintang dan memilih jaraknya. Jadi, ini tidak menyerupai melihat lampu di jalan kemudian sanggup pribadi tahu berapa jaraknya. Ada banyak hal yang harus diselesaikan sebelum menemui hasil akhir.
Ingat, ini bukan science fiction!
Penjelasan sederhana dari Ted-Ed:
Klaim: Sains mengklaim matahari sebagai sentra alam semesta
Oke, soal ini BossDarling tidak menyampaikan secara jelas. Tapi semua tahu kemana arah pembicaraannya, seorang Pythagorean mengusulkan Matahari sebagai sentra alam semesta lantaran unsur tanah kalah dibanding unsur api yang kemudian seruan ini diadopsi oleh sains modern. Juga diberi bumbu bahwa hal ini bertentangan dengan agama.
Sebetulnya sains tidak mengadopsi anjuran Pythagorean bahwa Matahari ialah sentra alam semesta. Nicolaus Copernicus pada era ke 16 mengembangkan teori Matahari sebagai pusat tata surya, bukan alam semesta. Ini beda sekali. Nah, gagasan inilah yang mengilhami sains dan tak terhitung ilmuwan beserta pengamatan yang membuktikan teori Copernicus.
Lagipula alam semesta tidak mempunyai sentra lantaran terus mengembang ke banyak sekali arah. Malah bentuknya saja tidak sanggup diketahui secara pasti. Hal ini terlampir dalam teori Big Bang.
FE: Ah, Copernicus itu saintis Elite Global! Yang benar itu Bumi sentra alam semesta, itu sesuai dalil agama. Matahari sentra alam semesta ialah kosmologi kaum pagan Yunani!
Oh benarkah?
Tahukah FE bahwa kosmologi Bumi sebagai sentra alam semesta diusulkan oleh bangsa Yunani yang kalian sebut sebagai pagan itu? Pertama kali diusulkan oleh Ptolemy yang hidup lebih dari 1000 tahun sebelum Copernicus.
Bukan cuma sentra alam semesta, Ptolemy juga menyampaikan Bumi tidak tidak bergerak (stationary). Sama persis dengan kosmologi yang terus didengungkan Flat Earth bukan? 😁
Kaprikornus Flat Earther menuduh sains bersumber dari pedoman bangsa pagan Yunani kuno tetapi mereka juga memakai kosmologi dari sana 😁
Catatan: Copernicus sudah meruntuhkan kejayaan gagasan Ptolemy.
Klaim: Perhitungan jarak Bulan salah
BossDarling memasukkan video berjudul Measuring the Sun and Moon yang katanya tidak dipotong. Wow! Is that really true? Unfortunately, no!
BossDarling cuma menampilkan sepertiga konten video aslinya. Jika ingin menyebut tidak dipotong maka tampilkan video secara utuh, bukan di kepingan tertentu saja. Sebab pemahaman yang setengah-setengah menjadikan kesimpulan yang tidak sanggup dipertanggungjawabkan.
Video orisinil memang berjudul Measuring the Sun and Moon, tetapi tidak cukup akurat dengan kontennya, ya ini suka-suka pemilik channel. Isinya menggambarkan bagaimana ilmuwan Yunani Kuno Aristarchus of Samos mengukur jarak Bulan dan Matahari.
Di deskripsi video sudah diberitahu terkait konten di dalamnya |
Perlu digaris bawahi, video tersebut memaparkan perhitungan yang dibentuk oleh Aristarchus, bukan ilmuwan modern. Kemudian pada scene selanjutnya diberikan kesimpulan bahwa sang ilmuwan Yunani Kuno tersebut salah dalam perhitungannya.
Aristarchus berkesimpulan Matahari sebesar 5 kali Bumi, dari asumsi ini ia sudah salah |
Maka tidak heran apabila BossDarling dengan PD-nya "mensalah-salahkan" perhitungan jarak Bulan dan Matahari. Dia berusaha menggiring opini bahwa video yang ia tunjukkan sedang menjelaskan perhitungan modern, padahal bukan, justru perhitungan renta yang tidak akurat hasilnya.
Sedangkan versi modern sudah memakai laser, sudut optik, wahana antariksa, hingga model komputer. Bahkan seorang pelajar asal Spanyol berhasil mengukur jarak Bulan lewat rekaman bunyi Neil Armstrong saat ia berkomunikasi dengan sentra kendali di Bumi.
Jika tak cukup puas, simak video aslinya secara lengkap (yang ini bener-bener gak dipotong 😁):
Klaim: Moon Landing hoax
Soal keabsahan pendaratan di Bulan sudah saya jelaskan di PART 6. Tapi kali ini ada footage yang cukup menarik perhatian saya. Tampak seorang astronot Apollo sedang menuruni tangga modul Lunar Lander kemudian sebuah lampu jatuh mengenainya.
Sekilas orang akan mengira: "wah iya nih, lagi syuting buat bikin video pendaratan di Bulan palsu".
Footage tersebut berasal dari video berjudul Apollo Mission Simulation Project. Kata kuncinya ialah simulation atau simulasi, yang dalam hal ini berarti persiapan terkait apa saja yang harus dilakukan sebelum benar-benar menjalankan misi.
FE: Kok simulasi seramai itu? Sampai semua kru dikerahkan, udah kayak bikin film aja
Sebelum seorang penari tampil di panggung, ia akan melaksanakan gladi resik untuk memastikan ia melaksanakan gerakan yang benar di hadapan penonton. Tentu gladi resik pun tidak sendirian, penari latar, pengatur sound system, penata cahaya, hingga panitia pementasan juga niscaya ikut meramaikan.
Latihan evakuasi kapsul angkasa benar-benar melibatkan banyak pihak |
Sama halnya dengan misi Apollo, semua yang terlibat dalam misi niscaya ikut dalam simulasi. Apalagi pemegang sentra kendali, mereka memegang peranan penting terhadap keselamatan astronot selagi menjalankan tugas.
Oh, ya lagipula mendarat atau tidak, sama sekali tidak menghipnotis bentuk Bumi. Justru kalau Bumi datar dan Bulan cuma berjarak 5000 kilometer, gampang sekali untuk menggapainya dibanding versi Bumi lingkaran yang mencapai ratusan ribu kilometer 😜
Klaim: Anda tak pernah merasa Bumi berputar
Rata-rata pesawat terbang dengan kecepatan 500-1000 kilometer per jam. Saya bertanya ke BossDarling, apakah Anda mencicipi kecepatan yang sedemikian tinggi itu?
Sudah niscaya tidak, penumpang pesawat tidak akan terpental ke belakang akhir laju pesawat. Bahkan pramugari sanggup dengan santainya berjalan di kabin pesawat sambil menyodorkan minuman ke para penumpang.
Kenapa sanggup begitu?
Karena Anda bergerak bersama pesawat. Pesawat bergerak 1000 km/jam, Anda juga bergerak 1000 km/jam. Hal ini sudah dijelaskan dalam Relativitas.
Kita tidak mencicipi rotasi Bumi yang berotasi 1670 km/jam lantaran Bumi berputar secara konstan bersama dengan penghuninya. Sejak awal nenek moyang kita lahir, hingga punya anak cucu, semuanya ikut bergerak bersama rotasi Bumi dalam kecepatan yang tetap.
Selama pesawat terbang di kecepatan konstan, ketinggian tetap, dan tidak terganggu badai, maka kau sanggup melepas sabuk pengaman dan berjalan di lorong tanpa mencicipi kecepatan pesawat itu |
Kembali lagi ke ilustrasi pesawat tadi. Selama pesawat tidak terguncang dan terbang di kecepatan konstan, kalian tidak akan merasa bergerak, seolah semuanya diam. Tetapi coba perintahkan pilot pesawat untuk mengubah kecepatannya. Saat itulah kalian akan mencicipi bahwa tubuh kalian sedang bergerak dan mengalami perubahan kecepatan.
Dalam kasus ini, kecuali tiba-tiba Bumi berhenti berotasi, seketika orang-orang beserta materi lainnya akan terlempar dengan kecepatan 1670 km per jam, hal ini ialah kajian Hukum Gerak Newton.
Entah itu kita berada di khatulistiwa atau di kutub, kita bergerak bersama daerah kita berpijak. Coba lihat GIF berikut ini yang tidak sengaja saya temukan di 9gag.
Mengapa orang tersebut tetap mendarat di atas kapal meski sesaat tidak menyentuhnya? Jika diasumsikan kapal melaju dengan kecepatan 40 kilometer per jam, maka dikala laki-laki bercelana merah jambu tersebut melompat, kecepatannya juga sama menyerupai kapal yakni 40 kilometer per jam sehingga ia tetap mendarat di daerah yang sama dan tidak ketinggalan kapal.
FE: Bumi juga mengorbit matahari dengan kecepatan 108.000 km/jam, kenapa kita tidak merasakannya?
Jawabannya sama menyerupai tadi; kita bergerak bersama Bumi. Mau Bumi-nya bergerak 1 juta km/jam pun kita tetap tidak mencicipi apa-apa. BossDarling menempatkan seolah kalau Bumi bergerak cepat, kita sebagai insan bakal mencicipi sesuatu yang dahsyat, kita terpental ke jauh ke belakang, kemudian rambut berkibar, tubuh bergetar hebat, kepala pusing lantaran Bumi berputar, dst.
Disini terlihat ada perjuangan penggiringan opini terkait definisi kecepatan (velocity) dan percepatan (acceleration). Jika Bumi membisu kemudian tiba-tiba bergerak 108.000 km/jam maka itu disebut percepatan, apabila hal demikian terjadi maka kita akan mencicipi efek-efek yang didramatisir oleh BossDarling. Tapi faktanya Bumi punya kecepatan yang konstan dan tidak mengalami percepatan.
Saya melihat banyak FE gagal paham soal kecepatan dan percepatan. Bumi kita tidak pernah mengalami percepatan, yang ada kecepatan konstan.
FE: Kalau Bumi berevolusi 108.000 km/jam, kenapa ISS yang cuma 28.000 km/jam tidak ketinggalan?
Nah, pertanyaan super mainstream dari kalangan Bumi datar. Padahal tidak susah untuk memahaminya. Pernah dengar istilah kecepatan relatif? Kecepatan relatif ialah kecepatan suatu benda terhadap benda lainnya.
Wanita yang sedang berjalan di dalam gerbong ini mempunyai dua kecepatan relatif yang berbeda |
Contoh sederhananya, misal kau berada di dalam gerbong kereta api yang melaju 60 km/jam. Kamu berjalan kaki menyusuri gerbong dengan kecepatan dengan kecepatan 5 km/jam.
Hasilnya:
Kecepatan kau terhadap kereta api ialah 5 km/jam, sementara kecepatan kau terhadap tanah ialah 60 km per jam.
Sampai disini saya rasa seharusnya sudah mengerti. Begitu juga dengan ISS dan Bumi. Kecepatan ISS yang dikatakan 28.000 km/jam itu ialah kecepatan relatif terhadap Bumi. Sedangkan kecepatannya terhadap Matahari sama menyerupai Bumi, yakni 108.000 km/jam karena ISS berada dalam efek gravitasi Bumi dan ikut terbawa kemana pun Bumi mengembara. Hal ini juga berlaku bagi Bulan.
Sangat gampang dipahami bukan? 😀
Klaim: Bayangan Bulan mustahil jatuhnya mengecil
Semakin jauh objek semakin besar bayangan di belakangnya. Apakah benar? Ya memang benar, tapi masalahnya adalah, BossDarling (sengaja) melupakan wilayah paling gelap dan wilayah yang lebih terang.
Coba kalian lakukan eksperimen di rumah, boleh pakai lilin atau lampu. Dekatkan kemudian jauhkan suatu benda terhadap lilinnya. Kemudian lihat bayangannya, semakin erat dengan tembok, bayangan semakin kecil dan menyamai objeknya, sementara kalau dijauhkan niscaya bayangan membesar.
Tapi, apakah kau sanggup melihat perbedaan karakteristik kedua bayangan tersebut?
Yap! Objek yang jauh bayangannya menjadi kurang jelas di kepingan pinggirnya sehingga tertinggal wilayah gelap yang lebih kecil.
Bayangan pesawat ini pinggirnya semakin buram dan cenderung lebih terang lantaran jaraknya jauh |
Pesawat yang lebih erat bayangannya akurat dengan dimensinya |
Umbra dan Penumbra, ini sudah diajarkan di SD |
FE: Lalu bagaimana dengan percobaan yang dilakukan University of Montana?
Kemudian sumber cahaya Matahari digantikan dengan senter. Itu tidak akurat, alasannya ialah senter mengarahkan cahaya pada satu arah, sedangkan matahari ke segala arah. Itu bukan cara yang benar untuk menciptakan simulasi.
Ketika diberi reflektor cekung barulah sinar mempunyai sifat identik menyerupai matahari, tidak menyinari pada satu titik saja tetapi menyebar. Saya cukup yakin sebetulnya dalam percobaan tersebut mereka (University of Montana) menggunakan reflektor supaya relevan dengan realita, alasannya ialah cahaya Matahari bukan menyerupai senter atau lampu sorot.
BossDarling selalu bersabda:
"cari tahu dulu kesalahannya, kalau tidak rusak buat apa diganti?"
Intinya ialah supaya kita cari-cari kelemahan Bumi bulat, terserah mau pakai ilmu atau tidak, pokoknya harus dicari kesalahannya. Oke, anggaplah Bumi lingkaran itu punya kesalahan, kemudian mau diganti pakai kosmologi FE? Justru lebih parah lagi kerusakannya! Dalam Bumi datar sangat banyak hal-hal yang jadi tidak masuk akal, tapi FE yang saya temui selalu berkilah "itu misteri alam, hanya Tuhan yang tahu".
Klaim: Bagaimana mungkin teladan gerhana zigzag
Kaprikornus BossDarling menyampaikan pada peta Bumi bola, teladan bayangan Bulan jadi zigzag. Lalu pribadi memberi asumsi bahwa Bumi atau Matahari bergerak zigzag sehingga menjadi menyerupai demikian.
But hey, did you notice something?
Coba perhatikan gambar di atas. Apakah kalian berpikir itu bentuk Bumi bola? Salah! Itu bukan bentuk Bumi, tapi proyeksi peta yang berjulukan Mercator. Bayangan zigzag menyerupai itu lantaran ditempatkan dalam proyeksi peta, bukan bentuk Bumi.
Pola jalur yang benar ada di bentuk Bumi bulat |
Bayangan Bulan tidak zigzag dalam bentuk Bumi bulat, tapi kalau diproyeksikan ke peta Mercator masuk akal saja jadi zigzag. Ini jalur gerhana Matahari pada 2016 kemudian yang terjadi di Indonesia:
Titik hitam ialah spot dimana Bulan tampak menutupi Matahari secara total |
Kaprikornus yang menyampaikan jalur gerhana zigzag, ia masih belum paham ihwal perbedaan proyeksi peta dan bentuk Bumi. Ini sama saja mengkritik ilmu tapi tidak disertai ilmu, dan buruknya pribadi ambil kesimpulan yang sama sekali tak berdasar.
FE: Jalur gerhana di peta Flat Earth bentuknya lingkaran tuh
Wah hebat, kalau bentuknya lingkaran berarti sanggup dilihat dari seluruh dunia dong? Kenapa cuma di lapangan cuma wilayah tertentu saja yang sanggup lihat?
Kesalahan utama Flat Earth ialah menerka peta yang selama ini mereka imani ialah bentuk dunia yang sesungguhnya. Padahal itu proyeksi peta, bukan bentuk Bumi. Tapi apa daya, sudah terlanjur diimani dengan buta. Silahkan tanya apa itu proyeksi Azimuthal Equidistant ke para andal geografi di seluruh dunia, kau tidak akan menemukan jawaban yang sama menyerupai klaim BossDarling.
Klaim: Geocentric coordinate artinya pengukuran dengan asumsi Bumi diam
Ketika ada kata "geocentric/geosentris" niscaya FE akan mengacu pada kosmologi Bumi sebagai sentra alam semesta dan benda-benda langit beredar mengelilingi Bumi.
Kaprikornus begini, kalian tahu gunanya internet buat apa?
Tujuan utamanya untuk mengembangkan informasi, supaya orang tidak gampang dibodoh-bodohi.
Geocentric coordinate BUKAN pengukuran menurut Bumi diam, tetapi sistem koordinat menurut Bumi lingkaran dimana sumbu X, Y, dan Z bertemu di sentra lingkaran Bumi. Lebih jelasnya lihat gambar berikut:
Sederhananya, sistem ini digunakan untuk mengetahui posisi benda langit menurut lokasi pengamat. Selain geocentric coordinates, ada pula topocentric coordinates yakni pengukuran menurut permukaan Bumi, dan ada juga helicentric coordinates yaitu matahari sebagai sentra pengukuran. Semua sanggup digunakan tergantung skenario yang diperlukan. Dalam hal ini untuk gerhana memang paling cocok memakai geocentric coordinates. Hanya lantaran ada kata "geocentric" bukan berarti berbicara soal Bumi sentra alam semesta.
Sekian dulu dari saya, berpikir lah sebelum terbawa opini yang besar dan menyesatkan..Haha..
Saya mendapatkan masukan dari Anda
- Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - PART 1
- Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - PART 2
- Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - PART 3
- Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - PART 4
- Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - PART 5
- Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - PART 6
- Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - PART 7
- Kenapa Ada yang percaya Flat Earth? + Bonus - FINAL PART
0 Response to "Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - Part 8"
Posting Komentar