- Ini merupakan kelanjutan dari seri bantahan Flat Earth. Di posting part 4 ini saya akan fokus membahas materi propaganda pada video Flat Earth 101 episode yang fokus pada gerhana dan horizon.
Episode 4 banyak mengungkap klaim wacana gerhana dan horizon terutama dalam versi eksperimen amatir. Bukti aktual lebih besar lengan berkuasa dibanding teori, namun bukti itu pun harus sejajar dengan teori atau dengan kata lain tetap dalam kaidah ilmu pengetahuan. Ironisnya, ini tidak dihadirkan.
Perlu waktu beberapa hari untuk membuat bantahan ini lantaran banyaknya materi yang harus dijabarkan. Tentunya saya tetap mengedepankan sumber yang kredibel serta data valid. Well, inilah hasilnya...
Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - PART 4
Saya hanya ingin menginformasikan, di tamat episode 4 disebutkan beberapa argumen yang ada pada episode 5. Untuk itu saya tidak memasukannya disini namun tetap akan dibahas pada posting selanjutnya.
Ada bermacam-macam argumen Flat Earth yang sudah cukup untuk menghasut orang biar percaya. Mulai dari Siklus Saros, eksperimen Bedford, eksperimen Laser, hingga matahari yang muncul selama 24 jam di kutub utara.
Sayangnya itu semua sudah dibantah.
Berikut klaim dan bantahannya...
KLAIM: NASA menghitung gerhana memakai Siklus Saros
Dulu, istilah Siklus Saros tidak banyak diketahui orang. Tetapi semenjak kehadiran video konspirasi Flat Earth, namanya jadi dikenal. Contoh pada Flat Earth 101, ia menyebutkan bahwa NASA sendiri masih masih memakai Siklus Saros yang dibentuk oleh bangsa Babilonia Kuno ribuan tahun lalu.
Sontak ketika mendengar argumen ini, kita mungkin berpikir:
"NASA kok jadul banget?" "Zaman udah canggih kok masih pake siklus saros?" "Budget NASA 256 triliun masih andalkan astronom kuno?
Wajar bila kita berpikiran menyerupai itu lantaran memang tujuan pembuat video yaitu mengarahkan pikiran penonton.
Teknik tersebut sangat mujarab bagi orang yang kurang kritis. Dikasih informasi cuma sekedar mengangguk, padahal tidak tahu informasi jelasnya.
Inilah sang penemu Siklus Saros, Edmond Halley
Siklus Saros dibentuk oleh Edmond Halley pada kurun 17 dimana ia memakai perhitungan astronom Babilonia dan kemudian menamakannya siklus saros. Jadi, siklus saros tidak setua yang kebanyakan orang anggap.
So, apa benar NASA menghitung gerhana memakai Siklus Saros?
Iya, benar!
Tetapi lebih tepatnya, Siklus Saros hanya sebuah prediksi. Siklus Saros hanya menghitung siklus gerhana dalam 18 tahun 11 hari dan 8 jam. Ia tidak mempunyai kaitan dengan jarak bumi dengan bulat, serta hanya berlaku dalam dimensi waktu, tidak menjelaskan dimana gerhana akan terjadi.
Siklus Saros merupakan perhitungan semenjak zaman dahulu, maka dari itu tidak heran bila hasilnya tidak seakurat dengan perhitungan astronom modern yang memakai perangkat yang lebih baik.
Saros Sendiri tidak benar-benar tepat (sumber: Moon Blink)
Dikatakan gerhana sanggup bergeser ke utara atau selatan tergantung pada Saros tertentu. Lho, memangnya Siklus Saros ada berapa? Jawabannya ada 180 siklus yang berlangsung ribuan tahun.
Contohnya rumus untuk Saros 25 berbeda dengan Saros 76. Kaprikornus jangan sekali-kali asal memakai rumus tersebut dan eksklusif mengklaim Siklus Saros itu salah.
NASA sendiri menyebut Siklus Saros tidak tepat (sumber: NASA)
Seperti telah dikatakan, Siklus Saros oleh Edmond Halley tidak benar-benar akurat dan tidak menyebutkan lokasi dimana gerhana bisa terlihat.
Oke, kemudian apa yang NASA lakukan?
NASA memakai JavaScript Solar Eclipse Explorer, sebuah aktivitas komputer yang sanggup memilih kapan gerhana akan terjadi, lokasi terjadinya, kemudian bagaimana gerhana akan terlihat.
Contoh kalkulasi untuk kota Beijing (sumber: NASA)
Program tersebut sudah merangkum banyak perhitungan rumit kemudian menghasilkan informasi gerhana dengan presisi tinggi. Inilah kelebihan astronomi modern, komputer membuatnya semakin akurat. Ruby Burkhalter, seorang lulusan International Academy of Astrology lebih merekomendasikan orang awam untuk memakai aktivitas komputer untuk memprediksi gerhana, lantaran perhitungan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Program komputer memudahkan kita mengetahui gerhana secara detil
Saya merekomendasikan softwareAlcyone Eclipse Calculator yang cukup terkenal digunakan oleh kalangan astrofotografer khususnya ketika berburu gerhana.
Tidak ada yang salah dengan Siklus Saros. Astronom modern menyempurnakannya lewat instrumen sejumlah instrumen yang lebih baik.
Saya agak jengkel mendengar klaim pada video yang menyampaikan NASA memakai Siklus Saros yang mengasumsikan geosentris. Di klaim berikutnya kita akan membahas hal tersebut.
Ini yaitu video ilustrasi gerhana dari NASA. Silahkan pikirkan bagaimana mungkin ini bisa terjadi dalam konsep geosentris dan Flat Earth.
Jika gerhana tidak bisa dihitung dengan akurat, maka pemberitaan terkait gerhana tidak akan pernah melintas di headline berita. Justru hampir semua forum antariksa, astronom, astrofotografer, dan kalangan astronomi lainnya bisa mengetahui hal ini.
LAPAN menginformasikan kapan terjadinya gerhana ke media (sumber: Merdeka)
Mungkin Flat Earth 101 mengklaim ini lantaran ia tidak pernah mengunjungi situs berita, oh atau jangan-jangan ia masih tinggal di goa...
KLAIM: Siklus saros memakai perkiraan geosentris, matahari dan bulan mengelilingi bumi
Semacam pembenaran (lagi) dari Flat Earth 101, dan mungkin seluruh Flat Earth yang bernaung di bawah kaki langit.
Geosentris dengan Flat Earth punya kemiripan, yakni sama-sama meyakini benda-benda langit bergerak mengelilingi bumi. Tapi skemanya berbeda.
Tidak ada bukti bahwa bangsa Babilonia Kuno menganut geosentrisme.
Kosmologi bangsa Babilonia Kuno tidak berkaitan dengan geosentris. Mereka menyampaikan ada 7 langit dan 7 bumi (bertumpuk) yang didasarkan pada kepercayaan 7 tuhan (sumber: Wikipedia)
Kosmologi mereka tampak liar. Tidak salah, lantaran era menyerupai itu pengetahuan insan wacana angkasa memang masih sangat minim. Hal ini masih berkaitan dengan kepercayaan mereka ketika itu, yakni tujuh generasi tuhan yang mewakili tujuh bumi.
Tujuh langit dan tujuh bumi, menyerupai inilah (sumber: Pinterest)
Bangsa Babilonia Kuno tidak mengasumsikan contoh pergerakan benda langit menyerupai geosentris atau bahkan denah versi Flat Earth.
Sementara itu di era yang lebih lanjut, yakni Neo Babilonia sudah mulai mengenal model heliosentris.
Di era ini pula bangsa yang ketika itu dipimpin oleh rezim Nabonassar menemukan metode penghitungan gerhana bulan, Siklus Saros. Sederhananya, klaim Siklus Saros ditemukan bangsa Babilonia Kuno kurang tepat.
Bangsa Babilonia tidak pernah mengenal geosentris, tapi tidak dengan heliosentris
So, klaim di video sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.
Siklus Saros dibentuk berdasarkan perkiraan geosentris? Justru bangsa Babilonia Kuno tidak menganut perkiraan tersebut. Justru perhitungan gerhana dibentuk di era Neo Babilonia yang sudah mengenal heliosentris.
KLAIM: Jarak bumi ke bulan dihitung oleh Aristarchus of Samos
Lebih tepatnya Aristarchus of Samos yaitu orang pertama yang menghitung jarak bumi ke bulan yakni pada kurun 4 SM dengan perkiraan bulan masuk dalam bayang-bayang bumi yang berkaitan dengan model heliosentris, meski ketika itu ide heliosentris tidak diterima.
Flat Earth 101 menuduh perhitungan Aristarchus of Samos salah sehingga NASA tetap memakai Siklus Saros untuk menghitung gerhana. Alasannya menuduh tidak lain tidak bukan lantaran Aristarchus meyakini heliosentris dimana ini tidak disukai kaum Flat Earth.
Menyerang perkiraan yang digunakan Aristarchus kemudian secara sepihak menyatakan dirinya lebih baik daripada para astronom yang telah berguru bertahun-tahun untuk mengupas isi alam semesta.
Apakah Aristarchus salah? Sebaiknya kalian hitung sendiri :p
Aristarchus = 397.500 km Astronom modern = 384.400 km
Hipparchus melakukan kalkulasi dan mendapatkan hasil 59-67 earth radii (375.800 km - 426.800 km). Lalu Ptelomy menyebut 64 earth radii (507.700 km) sebagai jarak terjauh. Konsisten bukan?
Hasil yang kurang lebih sama juga didapatkan oleh astronom amatir, Anthony Ayiomamitis dan Pete Lawrence yang memakai metode parallax.
Jika Aristarchus salah, namanya tidak akan dikenang sebagai astronom hebat selama berabad-abad. Bahkan namanya digunakan sebagai salah satu kawah di bulan.
Kawah Aristarchus selebar 40 kilometer di bulan (sumber: Wikipedia)
Sementara itu, astronom modern memakai perhitungan peralatan yang lebih canggih, yakni dengan laser yang ditembakan dari bumi kemudian dipantulkan oleh sebuah instrumen yang sebelumnya telah dipasang di bulan.
Lunar Laser Ranging Experiment oleh ekspedisi Apollo 11 (sumber: Wikipedia)
Misi Apollo 11, 14, dan 15 meninggalkan perangkat Lunar Ranging Retro Reflector (LRRR) yang sangat mempunyai kegunaan untuk mengukur jarak bulan secara akurat.
Astronom memakai kemudahan teleskop yang menembakkan laser berkekuatan tinggi tepat ke reflektor tersebut sehingga bisa diketahui jaraknya.
Shooting the moon...
Tidak sekedar memilih jarak saja, tetapi bisa menemukan fakta gres bahwa bulan menjauh sekitar 3,8 cm per tahun.
Hasil perhitungan antara astronom kuno dan astronom modern hanya beda tipis. Coba kau bayangkan betapa hebatnya mereka kala itu.
Terkait Aristarchus, Flat Earth 101 terlihat merendahkannya, menyebutnya salah. Padahal bila kalian ingat, di episode sebelumnya ia menyampaikan "jangan pernah meremehkan astronom kuno".
Yap, jangan diremehkan kecuali astronom yang gak sesuai dengan kepercayaan Flat Earth :v
KLAIM: Matahari dan bulan begitu dekat
Masih ingat lagu bawah umur berjudul "Ambilkan bulan, bu"? Lagu yang menghiasi masa kecil kita kala itu dibentuk oleh A.T. Mahmud, terinspirasi dari anaknya yang merengek untuk diambilkan bulan lantaran ia mengira jarak bulan itu dekat.
Kesimpulannya, Flat Earth 101 masih terperangkap dalam nostalgia semasa kecil. Mohon dimaklumi bila perkataannya agak lucu.
Hehehe, nggak, bukan itu kesimpulannya :v
Klaim ini tidak mengecewakan banyak pembahasannya. Saya akan coba bantah satu per satu.
Flat Earth 101 mengklaim pantulan sinar matahari di awan mengambarkan bahwa matahari jaraknya tidak sejauh yang dikatakan sains modern.
Dalam cerita Flat Earth, matahari dikatakan sangat dekat
Pantulan cahaya matahari sangat gampang terlihat di permukaan air. Tetapi bila terjadi di awan atau kabut, sebutannya adalah Subsun. Hal ini disebabkan awan mempunyai kristal es yang memantulkan cahaya.
Tidak perlu dijawab secara sains pun, klaim ini sanggup dipatahkan. Pantulan objek bentuknya selalu sama dengan ukuran dari sudut pandang pengamat.
Pantulan selalu sama dengan ukuran dari sudut pandang kita (sumber: Vintage Wings)
Sama menyerupai pesawat ketika sedang terbang, pantulannya di air sama dengan ukuran ketika kita melihatnya dari bawah.
Jika objek aslinya berukuran 100 meter, sementara kita melihatnya dari jauh sehingga hanya seukuran 1 meter, maka pantulannya juga 1 meter. Ini sesuai dengan Hukum Refleksi.
Berdasarkan Hukum Refleksi, pantulan objek akan terlihat sama dari sudut pengamat
Upaya Flat Earth 101 hanya sekedar mencocok-cocokan saja alias cocoklogi. Klaim tersebut sama sekali tidak besar lengan berkuasa untuk menyampaikan bahwa matahari dekat. Pengamatan ini pun tak punya bukti ilmiah.
Klaim selanjutnya dengan menyampaikan sinar matahari melebar dari balik awan, cahaya matahari bersifat lokal, dan tidak mungkin terjadi bila buminya bulat.
Argumen ini sifatnya opini, bukan fakta. Flat Earth mengamati cahaya matahari yang muncul dari balik awan kemudian eksklusif menyampaikan bumi ini datar tanpa cross check terlebih dahulu.
Untuk orang yang malas cross check pasti sudah karam dalam kepercayaan ini.
Cahaya matahari yang melewati celah awan disebut Crespuscular rays, klarifikasi fenomena tersebut ada pada Tyndall Effect dimana kandungan awan menghamburkan cahaya.
John Tyndall selaku penemu tanda-tanda ini mengatakan sinar matahari dihamburkan oleh partikel koloid yang ada pada awan.
Cahaya awan dari sudut pandang kita terlihat melebar, seolah matahari akrab dengan awan. Padahal sebenarnya cahaya matahari menyinari permukaan bumi secara merata.
Kandungan pada awan yang membuat cahaya jatuh melebar di permukaan bumi.
Jika Flat Earth memaksakan argumennya, berarti cahaya matahari dianggap satu arah menyerupai senter (sumber: Flickr)
Crepuscular rays bila dilihat dari atas, foto oleh ISS (sumber: 120° celcius. Apakah kita mencicipi suhu setinggi 5.500° ketika siang hari?
Tentu saja tidak. Sebab jaraknya yang jauh, serta ada atmosfer yang melindungi bumi dari suhu matahari yang sangat tinggi yang sanggup memusnahkan kehidupan.
Tanpa atmosfer, mungkin kita sudah mati kepanasan (sumber: Britannica)
Hal ini juga berlaku bagi pantulan sinar bulan. Ozon, hidrokarbon, dan karbondioksida pada atmosfer merupakan elemen penyerap panas lebih banyak dari gas lainnya.
Di luar angkasa, suhu di wilayah terpapar sinar matahari dan sisi bayangan berbeda (sumber: -100° celcius. Lantas, panas yang dipantulkan bulan jadi tidak ada apa-apanya. Sinar bulan yang hingga ke bumi sifatnya menjadi netral.
Air dalam wadah terbuka akan tercemar suhu udara yang cuek dan kelembaban. Sedangkan yang ditempatkan secara tertutup, suhunya tidak bercampur dengan lingkungan.
Eksperimen ini membuat Flat Earth sangat yakin adanya anti-foton. Sayangnya, ini juga menentang aturan fisika itu sendiri.
Physics Central menyebut eksperimen ini punya kesalahan penggunaan termometer inframerah. Rasio Sejumlah video terkait eksperimen ini disajikan "ala kadarnya", bahkan mereka tidak memakai dasar ilmiah yang kredibel.
Jika bulan punya sinar sendiri, apa yang membuatnya bersinar? Reaksi fusi? No, itu versi matahari. Bagaimana dengan bulan?
KLAIM: Benda selestial sebesar bulan lewat ketika gerhana
Flat Earth 101 membantah bahwa gerhana terjadi lantaran bulan masuk bayang-bayang bumi. Dia meyakini adanya benda selestial sebesar bulan yang menghalangi sinar bulan.
Menurut saya klaim ini cuma bisa-bisaan Flat Earth saja. Bahkan terkesan lucu.
Ini dinamakan lens flare, hal yang biasa terjadi pada lensa kamera ketika diarahkan pada cahaya
Lens flare berukuran kurang lebih sama dengan objek aslinya
Saya rasa tidak perlu ada klarifikasi detil terkait klaim ini. Kalian bisa menilai sendiri dari waktu ke waktu argumen Flat Earth makin terlihat memaksakan.
Sesuatu yang biasa dianggap luar biasa kemudian dijadikan bukti pembenaran Flat Earth. Semua orang juga tahu itu efeklens flare.
Inikah realitas Flat Earth?
KLAIM: Bulan berbentuk disk transparan
Aduh, apa lagi ini. Saya sedang berhadapan dengan klaim modern atau cerita zaman dahulu? Saya rasa cerita saja lebih baik daripada ini.
Jika kalian yaitu penganut Flat Earth, maka ketika ada orang yang bertanya wacana bulan, katakan bahwa bulan itu cuma 50 km besarnya, berjarak 5000 km dari tanah, dan bentuknya tidak menyerupai bola, tapi disk transparan.
Setelah itu terbiasalah ketika menerima cemooh.
Saya ajak kalian membayangkan kosmologi Flat Earth. Bulan berada 5000 km dari bumi, ukurannya 50 kilometer, menghilang lantaran perspektif, dan bentuknya menyerupai disk transparan.
Jika menyerupai itu, bulan bila dilihat dari kejauhan menyerupai piring terbang :p
Mengatakan bulan berbentuk disk transparan bersamaan dengan argumen bahwa bulan menghilang lantaran perspektif sama sekali tidak masuk akal. Completey wrong!
Klaim Flat Earth antara satu dengan yang lainnya menjadi kontradiktif.
Corak kawah mengambarkan bahwa bulan itu lingkaran menyerupai bola (sumber: Earth Sky)
Keluarlah di malam hari, kemudian lihat bulan secara seksama. Perhatikan corak kawah bekas goresan meteor pada bulan. Objek datar dan lingkaran berbeda karakteristiknya.
Selain membuat klaim perspektif menjadi tidak berlaku, klaim bahwa bulan menyerupai disk transparan bertentangan dengan fakta yang ada.
Orang di kutub utara dan kutub selatan mempunyai pandangan yang berbeda (sumber: Straight Dope)
Silahkan diamati sendiri, kemudian simpulkan menyerupai apa bentuk bulan itu.
Jika bulan datar, apakah matahari juga datar? Planet juga datar? Bintang juga datar? Galaksi ini juga datar?
Inikah realitas Flat Earth?
KLAIM: Bintang terlihat menembus bulan
Kaprikornus sederhananya begini, terinspirasi dari lambang bintang di bulan, Flat Earth 101 mencoba berargumen bahwa bulan itu transparan dan memungkinkan sinar bulan untuk melewatinya. Klaim tersebut merupakan kelanjutan dari klaim sebelumnya.
Pertanyaannya, kalian pernah melihat fenomena tersebut? Atau mungkin pernah tercatat kejadiannya?
Jika tidak, hampir sanggup dipastikan klaim Flat Earth 101 salah.
Bulan sabit dan bintang digunakan pertama kali pada kurun 1 SM oleh Byzantine (sumber: Wikipedia)
Lambang koin Byzantine tidak terinspirasi dari insiden aktual dimana sisi gelap bulan sabit terlihat bintang.
Simbol bulan sabit dan bintang erat kaitannya dengan kepercayaan mereka terhadap sosok ketuhanan, atau entitas yang disembah. Simbol ini telah digunakan selama ribuan tahun, termasuk kalian sering melihatnya pada kubah masjid.
Sayangnya, tidak pernah ada bukti bahwa bintang terlihat di sisi bulan.
Gambar pertama yang disajikan Flat Earth 101 sangat tidak jelas, ada kemungkinan diakibatkan noise, atau mungkin kotoran pada lensa. Sedangkan gambar kedua memperlihatkan planet yang karam di lengkungan bulan, tidak masuk ke sisi bulan.
Venus tidak masuk dalam sisi bulan yang (katanya) transparan
Sejujurnya saya sudah speechless dengan argumen ini. Jadi, biarlah Flat Earth berimajinasi...
KLAIM: Pakar matematik tidak bisa menghitung gerhana
Scene yang sebenarnya bikin saya muak. Sudah berulang kali Flat Earth 101 sangat merendahkan derajat orang lain hanya lantaran ia tidak sepaham, tidak selaras dengan Flat Earth.
Orang dalam video tersebut berjulukan Matt Parker, seorang lulusan matematika yang juga seorang Stand Up Comedi. Lantas kecintaannya dengan matematika dibawakan dengan cara yang menghibur melalui channel Youtube standupmaths. Tidak heran apabila pembawaannya terkesan lucu.
Jika sekilas melihat video, ia memang terlihat bodoh. Inilah yang dilakukan Flat Earth 101, sengaja memotong videonya biar konteksnya sesuai dengan harapan. Ditambah beberapa kali terlihat orang-orang tertawa bersamaan dengan caption yang merendahkan.
Ada banyak sekali footage video yang dipotong dengan alasan supaya orang-orang makin yakin dengan propaganda bumi datar.
Inilah realitas Flat Earth. Mereka tak ubahnya menyerupai distributor pembodohan dengan misi menghasut orang untuk terjun dalam kesesatan.
KLAIM: Profesor dan doktor itu yaitu penggalan dari Elite Global
Flat Earth 101 punya penyakit akut berjulukan paranoid alias curiga berlebih. Pokoknya kalau ada orang mengajarkan bumi lingkaran mereka niscaya antek-antek Elite Global. Pokoknya semua salah NASA, semua itu upaya untuk menyesatkan insan dari agama.
Flat Earth 101 tak ada bedanya dengan kaum 2D yang sedikit-sedikit salah Wahyudi, salah Mamarika, salah Illuminating, dst.
Johny Setiawan, Hanindyo Kuncarayakti, Bambang Hidayat, Winardi Sutantyo, Karlina Supelli, Mahasena Putra, Yayan Sugianto, Hakim Lutfhi Malasan, Dhani Herdiwijaya, dan jago astronomi lainnya, semua anak buah Elite Global.
Siapapun yang pro Globe Earth berarti mendukung Elite Global!!
Oh, kalau begitu, jangan-jangan saya juga Elite Global? :p
Untuk klaim ini, saya tidak perlu jelaskan. So, silahkan berparanoid ria.
KLAIM: 95% informasi Google dan Youtube tak punya dasar yang jelas
Tidak sadar diri. Hampir semua konten Flat Earth 101 mengambil tumpuan dari Google dan Youtube.
Tak perlu saya tunjukan di penggalan mana saja sang kreator video mengandalkan Google dan Youtube, kalian bisa melihatnya sendiri di setiap video.
Pernyataan ini merupakan bentuk penolakan. Ia sudah tahu ada banyak bantahan besar lengan berkuasa wacana Flat Earth, namun sesuai misinya, ia menjaga biar penganut Flat Earth tetap menjadi seorang paranoid, tetap gampang disesatkan.
Tak heran bila banyak Flat Earth yang begitu fanatis buta, kebenaran akan dianggap penyesatan, sejarah dianggap rekayasa, ilmu pengetahuan dianggap menjerumuskan, tapi ketika diminta untuk menjelaskan fenomena dalam sudut pandang FE, mereka tak membisu seribu bahasa.
Inikah realitas Flat Earth?
KLAIM: Kapal tetap terlihat utuh dari kejauhan
Topik ini membahas lengkungan bumi. Flat Earth 101 mengklaim kapal masih bisa terlihat dari kejauhan memakai kamera dengan optical zoom tinggi. Seharusnya kapal karam tertelan lengkungan bumi.
Dikatakan kapal menghilang karena perspektif dan refraksi, bukan lengkungan bumi.
Konsep perspektif yang dijelaskan memang benar, tapi wacana refraksi... it's wrong. Refraksi tidak membuat objek menghilang, justru lebih tinggi.
Contoh refraksi ketika seorang akan menombak ikan (sumber: Science Learn)
Kapal yang tetap terlihat dari kejauhan punya tiga alasan, pertama lantaran memang jaraknya belum cukup jauh, kedua lantaran dilihat dari ketinggian, ketiga lantaran looming refraction.
Looming refraction membuat objek bisa terlihat lebih tinggi dari aslinya (sumber: Weather Wise)
Gejala atmosfer menyerupai looming refraction biasa terjadi lantaran perbedaan tekanan udara, sering terjadi pada permukaan air yang luas.
Looming refraction juga terjadi pada eksperimen di sungai Bedford yang akan kita bahas nanti.
Di sisi lain, ada banyak video yang mengambarkan penggalan bawah kapal menghilang ditelan lengkungan bumi. Jika kalian punya kamera dengan optical zoom tinggi, tak ada salahnya untuk mencoba.
Kapal nelayan yang makin terlihat ketika menuju pantai (sumber: Youtube)
Video berikut ini telah membahas cukup lengkap fenomena kapal yang menghilang ditelan lengkungan bumi, penggalan bawah gedung tinggi yang terpotong, bahkan footage yang digunakan Flat Earth 101 pun turut dibahas disini.
Sehebat-hebatnya perspektif, objek yang sangat jauh akan tetap tertutupi lengkungan bumi. Lihat dalam video ini dimana sekelompok orang menerbangkan helikopter dari lokasi yang jauh dan risikonya ia tetap karam dalam lengkungan bumi meski telah memakai teleskop dengan optical zoom tinggi:
Penganut Flat Earth punya ritual unik dimana ketika mereka pergi ke pantai kemudian memotret horizon, foto tersebut diunggah ke media umum dengan caption "tidak ada lengkungan, bumi itu datar",
Ya, insiden itu sering saya lihat. Mereka pikir cukup melihat horizon di pantai saja sudah cukup, faktanya di ketinggian 200 kilometer sekalipun tak gampang untuk mendeteksi lengkungan.
Hal tersebut dikarenakan bumi yang sangat besar sementara insan sangat kecil, awan mengganggu pandangan ke horizon, ditambah faktor lensa kamera yang berbeda-beda jenisnya. Mata insan pun sangat terbatas untuk mengetahui adanya lengkungan.
Diambil dari ketinggian 98 meter, lengkungan sudah terdeteksi tapi sangat sedikit sehingga hampir tidak mungkin untuk dilihat secara eksklusif (sumber: Flickr)
Jika kalian ingin melihat lengkungan bumi secara bebas dari ketinggian, saran saya coba buat modelnya pada software 3D. Atur sesuai dengan denah pada bumi lingkaran kemudian periksa seberapa tinggi yang dibutuhkan biar lengkungan sanggup dengan terang dilihat.
Bumi sangat besar sementara insan sangat kecil. Salah bila ngotot bumi datar ketika melihat dari ketinggian rendah.
KLAIM: Eksperimen Bedford membuktikan bumi datar
Eksperimen yang dilakukan oleh Rowbotham ini sering sering dijadikan argumen Flat Earth ketika berargumen di media sosial. Mereka tidak tahu bahwa eksperimen ini gagal membuktikan bumi datar.
Bedford Level Experiment yang dijelaskan pada video sudah benar, sayangnya Flat Earth 101 tidak memperlihatkan informasi secara lengkap, khususnya bahwa eksperimen yang telah dielu-elukan ini sudah dibantah oleh seorang ilmuwan sekaligus penjelajah berjulukan Alfred Russel Wallace.
Rowbotham ketika itu menerima sumbangan dari kalangan Flat Earth, John Hampden. Merasa yakin bahwa bumi datar, Hampden mengadakan sayembara bahwa siapa saja yang bisa mematahkan eksperimen Rowbotham akan diberi $500 yang menurut Inflation Calculator setara dengan Rp 120 juta ketika ini.
Angka sebesar itu, siapa tidak yang tertarik?
Sungai Bedford yang menjadi saksi sejarah eksperimen lengkungan bumi
Wallace melaksanakan hal serupa, namun ia melakukannya di ekspresi dominan dingin, bukan di ekspresi dominan panas, lantaran ia tahu bahwa penguapan air akan menjadikan refraksi menyerupai yang terjadi pada eksperimen Rowbotham.
Selain itu, ia mengamati di titik yang lebih tinggi, yakni 4 meter. Hasilnya kapal menghilang ditelan lengkungan bumi. Hasil eksperimen Wallace terbukti benar di hadapan juri, sejumlah ilmuwan mengkonfirmasi validitas eksperimen Walalce.
Setelah menerima uang sayembara tersebut, pastinya Wallace merasa senang. Tapi itu tak berlangsung lama, lantaran ada pihak yang tidak menyukai kemenangannya.
Wallace menerima teror dari Hampden
Hampden merupakan seorang Flat Earth expert, ia tak bisa mendapatkan kenyataan bahwa ekspetasinya bahwa bumi datar tidak sesuai realita. Akibatnya Wallace terus-menerus menerima teror pembunuhan, termasuk pada keluarganya.
Wallace bahkan menyebut eksperimen ini merupakan yang paling ia sesali selama hidupnya. Uang $500 tidak sebanding dengan bahaya teror yang ia terima hingga tamat hayatnya oleh seorang Flat Earth level expert seperti Hampden.
Oh, Wallace malangnya dirimu...
KLAIM: Eksperimen dengan laser membuktikan bumi datar
Saat pertama kali saya melihat pengujian ini, saya pikir ini masuk akal. Namun keabsahan eksperimen laser tersebut sangat diragukan. Ternyata laser memang sengaja diarahkan menuju target, bukan diletakan membisu pada suatu tempat. Silahkan cek di menit 19:03.
Sinar laser ternyata bergerak, menyerupai diarahkan dari ketinggian
Hal lain yang perlu diperhatikan, sinar laser tak luput dari imbas atmosfer, yakni refraksi. Sama yang terjadi pada kapal di tengah laut. Fakta ini dikonfirmasi oleh SPIE, forum optik dan fotonik internasional.
Semua eksperimen laser yang saya jumpai rata-rata menjangkau jarak yang sama, yakni 6 kilometer. Padahal sinar laser bisa 20 mencapai kilometer. Dengan jarak 6 kilometer mereka hanya butuh ketinggian sekitar 1 meter pada target.
Kenapa cuma 6 kilometer sementara masih ada kesempatan untuk lebih jauh?
Itu artinya laser masih masih akrab dengan permukaan air sehingga imbas looming refraction sanggup membuat bias cahaya dan laser tetap bisa dilihat dari jauh meski seharusnya ia terhalang lengkungan bumi (Earth Curvature Refraction for Dummies).
Jika ingin mengetahui lengkungan bumi dengan laser maka sebaiknya lakukan di ketinggian yang cukup untuk menghindari refraksi, dengan catatan laser harus lebih jauh jangkauannya.
Menurut Laser Pointer Safety, sinar laser berkekuatan 1 miliwatt sanggup menempuh jarak 20 kilometer.
Laser 1 miliwatt di Tokyo terlihat hingga 20 kilometer
Saya yakin ada banyak kalangan Flat Earth di dunia ini. Seharusnya tidak sulit untuk bahwasanya membeli laser dengan daya yang lebih besar sehingga bisa menempuh jarak yang lebih jauh. Eksperimen akan lebih valid ketimbang yang dilakukan FE secara perorangan tanpa standar yang jelas.
KLAIM: Matahari terlihat lebih besar ketika dilihat dari ketinggian
Klaim ini mendukung argumen matahari dekat, mereka membuktikannya lewat gambar yang diambil dari ketinggian dan tanah. Terlihat matahari sedikit lebih besar ketika direkam di ketinggian.
Sayangnya klaim tersebut sama sekali tidak mempunyai informasi teknis yang jelas.
Tidak disebutkan apakah kamera yang digunakan sama, apakah lensanya sama, apakah diambil pada cuaca yang sama, kondisi atmosfer yang sama, di waktu yang sama, apakah dilakukan zoom, dan aneka macam parameter lain yang turut menghipnotis observasi.
Saya tidak mendapatkan detil yang diharapkan. Saya sudah mencari di internet sumber orisinil footage tersebut, namun risikonya nihil. Jika sudah begini, tidak ada yang bisa disimpulkan kecuali klaim sepihak.
Matahari tampak berbeda tergantung situasi, kondisi, dan perangkat teknis
Eksperimen tanpa standar yang terang menyerupai ini tidak bisa dipercaya begitu saja. Tapi wajar, sasaran FE yaitu orang-orang yang eksklusif mendapatkan informasi tanpa menyelidiki kebenarannya terlebih dahulu.
Berikut yaitu visualisasi model dunia Flat Earth serta pergerakan benda langit, sesuai perhitungan versi FE:
Bagaimana berdasarkan kalian? Sesuai dengan kenyataan?
KLAIM: Matahari menghilang lantaran perspektif
Di kala senjata atau pagi hari, cahaya matahari tak seterang ketika siang alias redup dan warnanya menjadi kemerahan. Kejadian ini diakibatkan penghamburan cahaya oleh molekul di atmosfer. Untuk lebih jelasnya saya sarankan menonton video ini:
Coba tiba ke pantai, kemudian nikmati senja ketika matahari akan terbenam. Pertanyaannya, apakah matahari mengecil menyerupai klaim Flat Earth?
Kalau kalian teliti, di video Flat Earth 101 pun terlihat bahwa matahari ternyata karam perlahan, bukan mengecil. Sayangnya video tersebut diatur dalam resolusi rendah sehingga agak samar-samar.
Berikut rekaman matahari yang karam dibalik horizon:
Apakah pernah ada insiden matahari tampak mengecil dan menghilang?
Saran saya untuk FE, jika tiba ke pantai jangan cuma memotret horizon, tapi lakukan pengamatan pada matahari ketika terbenam.
KLAIM: Fenomena pelangi lengkung, HALO, dan matahari ganda tidak bisa dijelaskan
Saya tahu, ini semacam pengelakan Flat Earth 101. Ia mengutip alam semesta ini penuh misteri yang tidak semuanya bisa dijelaskan. Kaprikornus inilah alternatif balasan bagi FE yang tidak bisa menjawab pertanyaan GE.
Seperti klaim FE, kalau ada yang bertanya kenapa terjadi gerhana versi FE, tinggal jawab saja "ini misteri alam semesta" #gubrak.
Apakah ada klarifikasi mengapa pelangi melengkung, terjadinya HALO, dan matahari ganda?
Ada! Sangat banyak dan gampang ditemukan.
Hanya perlu kemauan untuk mencari saja. Saya tak akan jelaskan disini, silahkan cari sendiri, kalian bukan bayi yang masih perlu disuapin lagi.
KLAIM: Matahari tak terbenam di kutub utara ekspresi dominan panas
Memang benar. Pada ekspresi dominan panas, matahari selalu tampak di kutub utara selama 24 jam disebut Midnight Sun. Fenomena tersebut memang nyata, banyak orang sudah mengamatinya.
Berikut video time-lapse matahari selama 24 jam di lingkar Artik (kutub utara):
Benar sekali, video tersebut menjadi materi baku Flat Earth untuk melancarkan propagandanya. Tak heran video lainnya yang serupa bila dilihat komentarnya ada beberapa FE dan GE yang memperebutkan "hak" bentuk bumi.
Gak susah kok untuk bantah yang satu ini. Midnight Sun terjadi di kutub utara (Artik) dan kutub selatan (Antartika).
Ini video matahari yang muncul selama 25 jam di Antartika:
Melihat denah Flat Earth, Midnight Sun di Artik masih masuk akal, tapi menjadi runtuh ketika menghadapi kenyataan bahwa fenomena tersebut juga terjadi di Antartika.
Bukan tanpa penolakan, kalangan Flat Earth pun menyampaikan time-lapse tersebut palsu. Anthony Powell membantahnya, ia menyampaikan bahwa Midnight Sun di Antartika yang direkamnya asli.
Salah satu FE yang tidak bisa mendapatkan kenyataan
Flat Earth tersebut tidak tahu bahwa Anthony Powell dan rekannya sering berada di Antartika untuk keperluan penelitian, bahkan mereka membuat karya film wacana Antartika berjudul ANTARTICA: A YEAR ON ICE.
Anthony Powell cuma satu diantara banyak orang yang sudah menyaksikan 24 jam matahari di Antartika. Pengunjung Antartika lainnya juga mencicipi sensasi yang sama.
0 Response to "Bantahan Terhadap Argumen Flat Earth - Part 4"
Posting Komentar